“Aku meminta keadilan yah amirul mukminin,” ujar yahudi tersebut.
Umar ra sejenak tertegun, lantas berkata, “Tolong kau pergi ke tempat sampah itu, lantas ambil sepotong tulang unta di sana,”
Si yahudi terheran-heran, namun ia pun lekas menuju tempat sampah dan menemukan sepotong tulang paha unta, dan diambillah kemudian dibawa ke hadapan khalifah Umar ra.
Umar pun lantas mengeluarkan pedangnya kemudian menggores tulang itu dengan garis lurus, “Berikanlah tulang ini kepada pimpinanamu, bilang ada salam dari Umar,” ujarnya.
“Hanya ini ya ammirul mukminin,” si yahudi terheran-heran.
“Sudah, lekas pergilah kamu dan berikan ke gubernur yang telah berbuat zalim kepadamu itu,” sergah Umar ra.
Meskipun penuh keheranan, namun, si yahudi keras kepala itu pun kembali pulang ke kampung halamannya. Sesampainya di kota, dia menghadap gubernurnya sembari memberikan tulang titipan dari sang amirul mukminin tersebut.
“Saya sudah mengadukan protes kepada pimpinan anda, tapi dia malah memberikan tulang ini untuk diberikan kepada anda. Sungguhm, anda dan pimpinan anda itu sama-sama anehnya,” ejek si yahudi itu.
Setelah gubernur itu menerima tulang dan menimang-nimangnya, dilihatnya ada garis lurus di atas tulang tersebut, sontak saja ia gemetar dan langsung memanggil kepala proyek pembangunan masjid raya tersebut.
“Gagalkan proyeknya, dan bangun kembali rumah si yahudi ini,” perintah gubernur tadi.
Melihat apa yang terjadi di depan amtanya, si yahudi terbengong-bengong, ia seperti tidak habis pikir, seorang gubernur begitu ketakutan saat diberi tulang oleh khalifah Umar ra.
“Kenapa anda takut dengan tulang itu, ya tuan gubernur,” tanya si yahudi penasaran.
”Karena ini bukan sembarang tulang, ini peringatan,” jawab gubernur
’Maksud tuan?”
”Dengan tulang ini, Umar ra hendak memperingatiku bahwa suatu saat nanti aku akan seperti tulang ini; mati. Maka berlaku luruslah seperti garis ini. Kalau kamu berbuat serong, maka aku sendiri yang akan meluruskanmu dengan pedangku,” terang gubernur.
Mendengar penjelasan dari sang gubernurnya, si yahudi itu pun terkesiap, batinnya takjub akan kepemimpinan syaidina Umar ra. Dan saat itulah cahaya hidayah menusuk-nusuk kalbunya,
”Ya tuan gubernur, silahkan lanjutkan pembangunan masjidmu itu, aku rela mewakafkan sebidang tanah untuk itu,dan kalau boleh saya ingin menjadi bagian dari umatmu,,” ucap si yahudi tersebut.
0 komentar:
Posting Komentar